Senang atau
tidak tapi inilah kenyataan kalau memang banyak persoalan yang dihadapi anak
ketika mamasuki usia sekolah. Mulai masalah yang umum sampai sederhana. Secara logika
orang tua pasti tidak ingin hal itu terjadi dan berharap akan berjalan normal. Namun
kenyataannya tetaplah kenyataan. Saat anak memasuki usia sekolah maka ruang
lingkup sosialnya juga akan berubah dan meluas. Jika sebelumnya hanya mengenal
keluarga, kini sang anak harus menghadapai suasana baru dan lingkungan baru.
Tentu saja hal itu akan memberikan pengalaman baru pula untuk sang anak.
Pada saat
mulai masuk sekolah, anak pasti akan mendapat pengaruh dari teman-temannya. Jika
mental sang anak tidak cukup tangguh, maka peer pressure akan menerpa anak
tersebut. Peer pressure merupakan
tekanan dari teman sebaya yang seringkali dialami anak. Saat usia ini anak seolah-olah
lebih mendengarkan kata-kata teman sebaya daripada perkataan orang tuanya, atau
kadang lebih menurut perkataan teman daripada gurunya. Secara umum
menurut seorang psikolog Ratih Ibrahim, penyebab peer pressure itu
bermacam-macam meliputi bentuk tubuh (body image), penampilan, akademis, dan
popularitas. Sebagai contoh bila ada anak bertubuh gendut pasti akan menjadi
bahan olokan teman sebayanya. Ketika itu anak akan merasa berbeda dan
lingkungan memandang berbeda serta akan menjadi tekanan bagi dirinya.
Di era
teknologi informasi sekarang ini, sudah banyak anak yang diperbolehkan untuk
memegang HP atau BB atau gadget lain oleh orang tuanya. Saya juga tidak tahu
alasan apa yang menyebabkan orang tua memperbolehkan anaknya. Mungkin setiap
orang tua mempunyai alasan masing-masing. Tetapi tidak semua anak memegang HP
atau gadget dan ini juga bisa menimbulkan tekanan atau rasa minder pada anak.
Selain itu
kemampuan akademis juga akan mempengaruhi peer pressure anak. Sisi popularitas
juga menentukan sekalai terhadap peer pressure. Bagimana anak dipandang oleh
teman-temannya, apakah dia disukai atau tidak, apakah sang anak dianggap anak
gaul tau bukan. Ketika anak tidak memiliki teman dan sulit untuk masuk ke dalam
lingkungan teman sebayanya pastilah anak merasa tertekan. Sebenarnya apabila
orang tua peka terhadap anaknya, gejala peer pressure ini bisa ditandai dengan
beberapa kondisi yaitu :
1.
Anak murung setiap pulang sekolah
2.
Mudah sekali tersinggung dan meledak emosinya
3.
Anak malas ke sekolah
4.
Anak tidak punya teman saat jam istirahat
Untuk itu
para orang tua diharapkan untuk menyiapakan anak menghadapi peer pressure ini.
Apa yang harus dilakukan orang tua? Ada 3 hal yang bisa dilakukan yakni :
1. Memberikan asupan gizi yang tepat
Anak harus
diberikan asupan gizi yang tepat karena nutrisi yang pas akan berpengaruh pada
body image anak. Anak tidak terlalu gendut dan tidak terlalu kurus. Dengan
badan ideal yang diperoleh dari asupan gizi tepat akan menunjang mental dan
kepercayaan diri anak.
2. Positive parenting
Yang kedua
ini sangat erat kaitannya dengan gaya pengasuhan anak demokratis. Bagaimana
orang tua menerapkan nilai-nila demokratis pada anak dan tidak serta merta
menyalahkan anak. Berikan dukungan pada anak untuk menyampaikan setiap
pendapatnya. Dengarkan keluhan-keluhan anak apa yang dialaminya didalam dan
diluar rumah, jangan terburu-buru menyalahkan atau menilai apa yang dialami
anak.
3. Menumbuhkan social skill anak sejak usia dini
Sosial skill
memang diperlukan anak sejak usia dini. Kenalkan anak pada dunia luar sebelum
dia sekolah karena dengan begitu anak sudah terbiasa menghadapi orang dengan
berbagai macam karakter.
Yang perlu
digarisbawahi sebagai orang tua harus menyadari bahwa setiap anak memiliki
keunikan dan kelebihan masing-masing. Tugas orang tua adalah menyiapkan anak
untuk siap menjalani hidup bersosialisasi dan tetap memotivasi anak tanpa
dipengaruhi oleh ambisi orang tua. Setidaknya ada lima indikator anak life
ready yaitu sehat, percaya diri, mudah bergaul, kreatif serta berjiwa pemimpin.
Bila anak life ready maka peer pressure tidak akan memberikan pengaruh besar
untuk anak. Sekian tips dari kubuskecil.blogspot.com
0 Comments