Burung Mandar Gendang Sebagai Ikon Perangko Indonesia



burung mandar gendang

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.
Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi" umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo. Maka dari itu Indonesia merupakan negara yang kaya akan keindahan alamnya termasuk flora dan fauna.


burung mandar gendang
 Indonesia memiliki kurang lebih 1.600 jenis burung yang tersebar di berbagai kawasan. Ironisnya, 126 jenis di antaranya berada di ambang kepunahan. Seperti jenis-jenis burung endemik yang berada di kawasan Wallacea. Wallacea merupakan sebuah kawasan yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang terletak di antara kawasan Asia di barat dan Australasia di timur. Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara juga merupakan bagian dari Wallacea. Posisinya yang unik membuat kawasan ini kaya akan fauna campuran dari dua benua tersebut sekaligus ratusan spesies endemik.

Pada coretan kali ini pembahasan hanya mengarah pada salah satu burung yang hampir punah yaitu Burung Mandar Gendang (Habroptila walacii).

burung mandar gendang

Mandar gendang (Habroptila wallacii) adalah salah satu burung yang akan di jadikan gambar pada perangko indonesia, mengapa burung mandar gendang Mandar Gendang (Habroptila walacii) ini yang terpilih ??? karena burung ini sudah mulai langka, dan sangat susah untuk di temui di alam liar Nusantara, ada tiga burung lain yang di jadikan perangko dan untuk lengkap bisa disimak di sini sobat.
Berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), terdapat 4 (empat) jenis burung di kawasan Wallacea yang terancam punah. Yakni elang flores (Nisaetus floris) dan celepuk siau (Otus siaoensis) yang berstatus kritis. Mandar gendang (Habroptila wallacii) berstatus rentan dan burung-madu sangihe (Aethopyga duyvenbodei) berstatus genting. Mandar Gendang atau Habroptila wallacii bagai burung penabuh drum (gendang) dari Halmahera. Suara burung endemik pulau Halmahera, Maluku Utara ini memang menggelegar dan mirip suara gendang atau drum. Pantas jika kemudian burung ini dinamakan mandar gendang sekaligus disebut sebagai “drummer rail“. Untuk jelasnya lihat gambar di bawah.
  
Celepuk Siau (Otus siaoensis)

burung mandar gendang


 Elang flores (Nisaetus floris)

burung mandar gendang

burung mandar gendang

 
 Burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei)

burung mandar gendang

burung mandar gendang




 Burung Mandar Gendang (Habroptila walacii)

burung mandar gendang

burung mandar gendang


 Burung Mandar Gendang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Invisible Rail, Drummer Rail, Halmahera Rail, atau Wallace Rail. Sedangkan nama ilmiah hewan ini adalah Habroptila walacii. Nama Mandar Gendang dan Drummer Rail dimungkinkan lantaran suara kicauan burung ini yang keras menggelegar layaknya suara gendang tetapi itu bukan suara aslinya, menurut yang sudah pernah lihat, itu suara yang dihasilkan oleh batang sagu yang sedang disepaki oleh burung ini. Sedangkan nama Invisible Rail disematkan karena burung ini termasuk burung yang sulit ditemukan dan diamati, burung satu ini pemalunya minta ampun, susah sekali dilihat apalagi difoto. Hingga sekarang belum pernah ada foto burung yang satu ini. Sangking susahnya dilihat burung ini dalam Bahasa Inggris lantas dinamai Invisible Rail (Habroptila wallacii). Bahkan konon pernah bertahun-tahun tidak ditemukan oleh para peneliti sejak ditemukan pertama kali oleh zoologis Inggris, George Robert Gray pada tahun 1860.
Burung Mandar Gendang berukuran panjang antara 33-40 cm. Burung jantan dan betina mempunyai warna yang serupa yaitu abu-abu gelap dengan sayap dan ekor berwarna cokelat gelap. Bagian kulit yang tidak terlalu berburu berwarna merah, sedangkan kulit pada kaki berwarna oranye kemerahan. Sebagai hewan endemik Halmahera, Burung Mandar Gendang hanya bisa dijumpai di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Habitatnya adalah di daerah lahan basah, semak belukar di sekitar rawa, dan lahan gembut dengan ketinggian hingga 700 m dpl. 

burung mandar gendang

burung mandar gendang

Burung satu ini hidup di rawa-rawa terutama rawa-rawa sagu di Pulau Halmahera. Hanya ada 6 lokasi yang diketahui di mana burung ini hidup. Tiga lokasi diantaranya merupakan lokasi dari catatan yang sudah sanat tua. Tiga lokasi tersebut adalah Fanaha, Weda dan Gani yang terletak di “kaki” Pulau Halmahera. Tiga lokasi yang saat ini diketahui masih menjadi tempat hidup Mandar gendang saat ini adalah di rawa-rawa Sondo, Pasir Putih dan Tewe. Sementara itu ada laporan yang belum dikonfirmasi akan keberadaan burung ini di Kao, Lalobata dan Ako Jilolo. Tempat lain yang tampaknya juga menjadi tempat hidup burung ini adalah rawa-rawa di Sidangoli, Buli dan Dodaga.
Sebagai penghuni rawa sagu, burung ini memakan bagian akar tanaman sagu dan serangga air. Pernah pula ada laporan burung ini sedang mematuki batang sagu yang sudah dibelah, mungkin sedang memakan sagu atau sedang mencari ulat sagu. Mandar gendang hidup berpasangan dan jumlah anaknya sekali menetas mungkin 4 sampai 5 ekor. Hanya saja hal inipun belum pasti. penduduk setempat yakin pada saat musim kering, burung ini keluar dari rawa-rawa sagu. Tidak banyak yang telah diketahui tentang burung yang pemalunya amit-amit ini. Sementara rawa-rawa sagu di Halmahera terus menyusut. Entah itu karena dikeringkan atau untuk diubah menjadi sawah dan tambak. Keadaan ini menyebabkan Mandar gendang dimasukkan sebagai hewan yang secara global terancam punah dengan status Rentan (Vulnerable).

burung mandar gendang

Populasi Burung Mandar Gendang (Habroptila walacii) tidak diketahui pasti. Bird Life Internasional memperkirakan populasinya berkisar antara 2.500-9.999 ekor burung dewasa (2000) dengan tren populasi yang terus mengalami penurunan. Penurunan populasi hewan ini diakibatkan oleh hilangnya habitat, deforestasi, dan aktivitas pemanenan sagu secara komersial oleh penduduk. Karena tingkat populasi, daerah sebaran, dan ancaman yang ada, IUCN Redlist memasukkan Burung Mandar Gendang (Habroptila walacii) dalam status konservasi vulnerable sejak tahun 1994. Yang patut disayangkan, meskipun termasuk salah satu burung langka, ternyata burung endemik Si Penabuh Gendang ini belum termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi di Indonesia.


Demikianlah coretan kali ini, semoga dengan bisa manambah khasanah pengetahuan kita terhadap flora dan fauna Indonesia. Harapan kita bersama semoga pemerintah mempunyai tips dan trik khusus untuk melindungi flora dan fauna asli Indonesia demi kelestariannya. Terima kasih telah membaca. ^_^

Post a Comment

0 Comments