Dalam bahasa Jawa ada istilah bahasa yang disebut Rura Basa. Istilah ini terdiri dari dua kata yaitu Rura yang berarti rusak dan Basa yang berarti bahasa. Sehingga Rura Basa bisa
diartikan sebagai bahasa yang rusak dan tidak bernalar namun diterima pengertiannya
oleh masyarakat secara umum dan dipahami maksudnya secara benar. Apabila
dipaksa dibenarkan justru akan dianggap "aneh" meskipun sesungguhnya
itulah yang benar.
Rura Basa meskipun bahasa rusak namun penggunaannya sudah lazim
(lumrah) digunakan oleh masyarakat. Rura Basa oleh sebagian orang dinilai
sebagai bahasa unik dan merupakan suatu kecerdasan lokal yang dapat patut
dikagumi karena tanpa mengungkapkan bahasa secara benar, masyarakat sudah tahu
dan mengerti apa yang dimaksudkan. Rura Basa yaiku rakitaning tembung kang luput nanging wis umum utawa lumrah
(Purwadi, 1995:42). Rusa Basa tegesipun tembung ingkang sampun risak utawi
tembung ingkang lepat ananging sampun lumrah.
Contoh :
1. "menek
krambil" ingkang leres "menek glugu"
“memanjat kelapa” yan benar “memanjat pohon kelapa (glugu)”
2. "adang
sega" ingkang leres "adang beras"
“menanak nasi” yang benar “menanak beras”
3. "mangan
awan" ingkang leres "mangan wanci awan"
“makan awan” yang benar “makan diwaktu siang hari”
4. "negor
gedhang" ingkang leres "negor wit gedhang"
“menebang pisang” yang benar “menebang pohon pisang”
5. "ndhudhuk
sumur" ingkang leres "ndhudhuk lemah digawe sumur"
“menggali sumur” yang benar “menggali tanah dibuat sumur”
6. "mbunteli
tempe" ingkang leres "mbunteli dhele sing wis diragi supaya dadi
tempe"
“membungkus tempe” yang benar “membungus kedelai yang sudah diberi
ragi agar menjadi tempe”
Itulah beberapa contoh Rura Basa. Adanya Rura basa membuktikan bahasa
Jawa merupakan bahasa yang unik dan kaya.
Mohon koreksi bila ada kekeliruan. Terima kasih.
0 Comments