Sumber Gambar |
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tegas disampaikan bahwa tujuan dari
diselenggarakannya pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Mengembangkan potensi peserta didik ini
adalah kunci penting untuk mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Tidak ketinggalan pentingnya peran serta masyarakat dalam
pendidikan. Sistem pendidikan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
sosial budaya dan masyarakat sebagai supra sistem. Pembanguanan sistem
pendidikan tidak mempunyai arti jika tidak selaras dengan pembanguanan nasional.
Permasalahan pendidikan dewasa ini tidak hanya terpaku pada satu persoalan
seperti paradigma pendidikan saja. Akan tetapi, banyak masalah cabang yg belum
terselesaikan.
Pentingnya pendidikan mendorong semakin
banyak pengembangan pendekatan dan inovasi pendidikan dilakukan. Banyak basis
pendidikan yang dikembangkan dan diterapkan, namun dalam kenyataannya hasil
yang dicapai dianggap belum optimal. Pengembangan dan penerapan pendidikan
berbasis masyarakat, pendidikan berbasis karakter, pendidikan berbasis kompetensi,
pendidikan berbasis TIK, berbasis budaya dan lain sebagainya sudah banyak
dilakukan. Walaupun begitu, selalu saja muncul problematika pendidikan dan hal
itu tidak mungkin bias dihindari. Siapa yang salah? Apa yang keliru? yang
demikian itu adalah masalah kita bersama. Bukan mencari kesalahan tetapi
memperbaiki kesalahan.
Tapi pernahkan kita berpikir tentang Pendidikan Berbasis Hati Nurani? Apakah itu? Sejujurnya saya tidak tahu secara
tepat dan rinci. Kalau boleh berpendapat, Pendidikan Berbasis Nurani Mungkin mengutamakan
“rasa” dan “kepekaan hati”. Saya meyakini setiap manusia punya “rasa”. Nurani
seseorang hakikatnya tidak pernah berbeda dengan nurani orang lain. Dengan kata
lain, apa yang dirasa benar oleh nurani seseorang sebenarnya dirasa benar juga
oleh orang lain asalkan berlaku kondisi dan situasi yang sama. Berbeda lagi
kalau sudah tidak punya hati nurani. So, Apakah kita masih mempunyai hati nurani?
Tanyalah pada diri Anda sendiri.
0 Comments