Wapada Dini Radang Usus Buntu (Appendicitis)



Berhati-hatilah jika anda mengalami sakit perut yang sangat perith dan ketika diberi obat maag namum tidak kunjung sembuh juga. Apalagi rasa sakit yang anda rasakan itu berpusat pada perut kanan bawah. Mungkin anda terkena radang usus buntu atau sering dikenal juga appendicitis. Sesuai dengan namanay usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu. Besar usus ini kira-kira sejari kelingking yang terhubung dengan usus besar letaknya berada diperut bagian kanan bawah. Radang usus buntu bisa saja menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa tidak menutup kemungkinan terkena serangan penyakit ini. Oleh karena itu seharusnya kita meningkatkan kewaspadaan dini karena gejalanya hampir sama dengan sakit maag sehingga kebanyakan orang mengabaikannya. 

 Gejala yang dirasakan cenderung mendadak dan akan terus meningkat bila tidak ditangani cepat. Gejala lain yang timbul karena radang usus buntu ini bervariasi sesuai dengan stadiumnya. Gejala itu dapat dibedakan menjadi 2 stadium yaitu
1.      Radang usus buntu akut (mendadak). Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan berupa suhu tubuh yang panas tinggi, mual muntah, nyeri pada perut kanan bawah. Dan ketika berjalan agak sakit sehingga agak terbongkok. Namun tidak semua orang menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga meriang atau mual muntah saja.
2.      Radang usus buntu kronik. Pada stadium ini gejala yang timbul mirip dengan maag, diman terjadi rasa nyeri samar didaerah sekitar pusar dan terkadang demam. Seringkali disertai rasa mual bahkan muntah-muntah. Kemudian nyeri akan berpindah ke perut sebelah kanan bawah dengan tanda khas pada titik Mc Burney.

Penyebab rasa nyeri itu bergantung pada arah posisi/letak usus besar. Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter yang nyerinya hampir sama dengan sensari nyeri kolik saluran kemih dan mungkin gangguan kemih. Rasa nyeri itu akan muncul pada tusuk dubur atau tusuk vagina bila posisi usus buntu berada di belakang, lalu pada posisi usus buntu lain rasa nyeri tidak begitu spesifik. Pada umumnya radang usus buntu disebabkan karena infeksi bakteri. Faktor lain yang dapat menyebabkan radang usus buntu seperti penyumbatan (obstruksi) pada laipsan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (feikalit), pembesaran (hyperplasia) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh dan cancer primer.
 Diantara beberapa faktor tersebut, maka sering ditemukan dan ada dugaan kuat bahwa penyebab radang usus buntu adalah timbunan tinja/feces yang keras (feikalit) dan pembesaran (hyperplasia) jaringan limfoid. Penyumbatan dan pembesaran inilah tempat bersarangnya bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui juga bahwa tinja/feces manusia sangat mungkin tercemar oleh bakteri escherichia coli. Hal inilah yang seringkali menyebabkan terjadinya radang usus buntu. Makan cabai beserta bijinya atau jambu kluthuk beserta bijinya yang mana biji tersebut tidak tercerna dan masuk menyelinap ke saluran appendiks sama halnya dengan tinja dalam kurun waktu yang lama memungkinkan ada sebagian yang masuk ke saluran appendiks sehingga timbul bakteri yang berkembang biak. Ada juga kemungkinan seseorang yang mengalami penyakit cacingan apabila cacing tersebut berkembang dalam usus besar lalu singgah ke usus buntu maka akan timbulk juga radang usus buntu. 


Maka dari itu alangkah baiknya kita mencegah radang usus buntu tersebut sebelum terjadi. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini juga tidak ada salahnya. Ada bebrapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi awal atau mengetahui seseorang terkena radang usus buntu atau tidak. Cara tersebut seperti dibawah :
1.   Pemeriksaan fisik. Pada appendicitis akut dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) di bagian perut kanan bawah seringkali bila ditekan terasa nyeri dan bila dilepas juga akan terasa nyeri (Blumber sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apppendicitis akut. Rasa nyeri akan semakin parah apabila melakukan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat diangkat tinggi-tinggi. Kecurigaan radang usus buntu akan semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina akan menimbulkan rasa nyeri.
2.            Pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium, pada darah ditemukan kenaikan sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10-000-18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu maka kemungkinan appendiks sudah mengalami perforasi (pecah)
3.    Pemeriksaan radiologi. Foto polos perut dapat memperhatikan adanya fekalit. Namum pemeriksaan ini jarang membantu untuk mendiagnosa appendicitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakan diagnosa appendicitis dengan prosentase akurat sekitar 71-97 %, terutama pada wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan dengan pemeriksaan CT scan membantu dengan prosentase akurat sekitar 93-98 %. Dengan CT scan dapat membantu untuk melihat jelas apakah seseorang menderita radang usus buntu atau tidak.

Dengan memperhatikan gejala dan faktor penyebab radang usus buntu yang tidak begitu terlihat jelas, kebanyakan orang akan mengabaikannya dan menganggap itu hanya penyakit biasa. Maka dari itu mulailah belajar hidup sehat dan mendeteksi dini setiap penyakit agar dapat terhindar. Selain itu segeralah berkonsultasi dengan ahli kesehatan jika ada gejala yang terasa pada diri anda. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita. Terima kasih

Post a Comment

0 Comments