Beberapa Atlet Penguna Doping



Pengakuan Lance Armstorng jawara Tour de France tujuh kali berutut-turut sangat mengejutkan dunia olahraga. Bagaimana tidak, pembalap sepeda andalan Maerika Serikat ini akhirnya mengaku setelah bertahun-tahun mengelah bahwa selama ini dirinya menggunakan doping untuk meningkatkan prestasinya. Atlet yang berjuluk The Boss itu mengatakan, aksi doping marak terjadi di dunia balap sepeda profesional pada tahun 1990-an. Lance Armstrong mengatakan ”aku bukanlah yang menciptakan budaya ini, tapi aku juga tak berusaha menghentikannya”. Dia menganggap bahwa situasi ini sebagai kebohongan besar yang diulang berkali-kali. Pengakuan tersebut merupakan tindakan heroik dari seorang atlet dunia sekelas Lance Armstrong.

Namun penyesalan dan pengakuan Amstrong tidaklah cukup. Badan Anti Doping Amerika Serika (USADA) memberikan sanksi pada dirinya. USADA melucuti semua gelar jawara selama tujuh tahunnya dan dilarang untuk mengikuti olahraga sepeda profesional seumur hidupnya. Doping memang tidak dibenarkan dalam semua cabang olahraga. Seperti obat pada umumnya doping juga memberikan efek samping, bahkan jika pemakaian berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Efek negatif bagi tubuh dari doping itu bisa berupa terkena stroke, gagal ginjal, cacat, kanker bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Sebenarnya tak hanya Lance Armstrong yang menggunakan doping, ada beberapa atlet pengguna doping. Beberapa atlet tersebut diantaranya :
1.      Damola Oyasemi (Atletik - Nigeria)
Pelari asal Nigeria ini juga dipaksa mengembalika medali emas yang diperolehnya dari Commonwealth Games untuk nomor lari 100 meter. Hasil tes membuktikan bahwa Damola Oyasemi mengkonsumsi obat terlarang methylhexaneamine yang merupakan salah satu bahan yang dilarang Lembaga Antidoping Dunia. Tentu saja hal tersebut membuat Commonwealth Games Fedration murka. Tidak hanya itu, sanksi lain yang diberikan adalah dilarang mengikuti lomba lari selama du tahun.

2.      Nadzeya Ostapchuk (Tolak Peluru - Belarusia)
Pada olimpiade London 2012, nama Nadzeya Ostapchuk berkibar dicabang olahraga tolak peluru dengan perolehan medali emas. Namun ironisnya hanya beberapa jam setelah upacara penutupan Olimpiade London, atlet satu ini dipaksa oleh IOC (International Olympic Committee) untuk mengembalikan medali emas yang diperolehnya. Sebab Nadzeya Ostapchuk terbukti telah menggunakan doping. Hasil tes urine membuktikan bahwa Ostapchuk mengkonsumsi zat metenolone. Namun sang atlet ini tidak terima akan hal itu.

3.      Dimitris Chondrokoukis (Lompat Tinggi - Yunani)
Tak hanya Nadzeya Ostapchuk, Dimitris Chondrokoukis juga telah memberikan catatan hitam untuk Olimpiade London. Atlet lompat tinggi ini terpaksa harus melepas kejuaraan dan dilarang mengikuti Olimpiade London. Penyebabnya atlet ini didapati positif menggunakan doping jenis stanozolol sebelum ia mengikuti Olimpiade. Padahal atlet ini merupakan salah satu harapan Yunani untuk menyabet medali diajang bergengsi ini.

4.      Arif Rahman Nasir (Kempo - Indonesia)
Selain di bebrapa negara besar dan ajang bergengsi, ternyaja juga ada atlet kempo dari Indonesia yang tersangkut kasus doping. Atlet kempo yang meraih medali di ajang Sea Games 2011 terbukti menggunakan doping ketika mengikuti ajang tersebut. Hasil tes urine membuktikan bahwa Arif Rahman Nasir positif mengunakan doping jenis anabolic steroid metandionone yang dapat mengencangkan otot saat bertanding.

Dengan semakin berkembangnya doping, membuat pengamat olahraga memberikan sorotan tajam. Maka dari itu IOC (International Olympic Committee) akan mengeluarkan daftar doping yang dilarang. Selain dianggap tidak sportif dalam dunia olahraga, doping juga tidak bahaya bagi kesehatan. Karena itu muncullah organisasi penggerak antidoping seperti WADA (World Anti Doping Agency). Untuk para atlet yang terbukti menggunakan doping pasti akan mendapat sanksi. Kemudian pertanyaan yang timbul adalah bagaimanakah dengan orang-orang yang menyokong penggunaan doping di belakang atlet tersebut? Apakah mereka juga dikenakan sanksi? Namun sayang mereka lolos dari sanksi.

Post a Comment

0 Comments